Objek Wisata Cibulan: Primadona Wisatawan Paling Unik di Kuningan
Awalnya, bukan hal yang mulus bagi seorang Didi Sutardi untuk mendapat amanah dari warga Desa
Maniskidul,Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang
tidak rela bila Objek Wisata Cibulan dikelola oleh PDAU. Pada tahun 2010 Didi mulai membuat proposal ke Desa, dan sempat dipending selama 1 tahun. Dan, alhamdulillah pada tahun 2011 dipanggil mengelola Objek Wisata dengan membayar 550 juta rupiah pada tahun 2011.
Dengan tabah ia bangun usaha dengan teliti dan berhati-hati, dimana tidak sedikit mendapatkan tekanan-tekanan atau intimidasi yang pihak-pihak tidak ingin dirinya mengelola asset daerah. Bahkan cobaan itu berlanjut, saat asset
desa ini pada tahun 2012 dibuka lelang terbuka dengan harga awal 700
juta oleh Pemerintahan Desa setempat, dengan konsekuensi dibayar di muka
untuk 3 tahun berturut-turut. Bayangkan, hingga pada detik terakhir, lawan menawarkan sudah menawarkan 845 juta, dan beruntunglah saat dirinya menambah penawaran yang 5 juta lebih, sehingga 850 juta waktu tender berakhir, sehingga pada akhirnya Didi memenangkan tender
tersebut. Di situlah ia yakin, “tidak ada yang tidak mungkin, asal
dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas dalam niat. Man jadda wa
jada.”
Usaha Didi dan keluarga terdiri dari berbagai usaha, mulai dari fotokopi, BW Mart hingga
Villa Cibulan Indah. Dengan kunjungan wisatawan paling sepi 300 orang
per hari dan pada puncaknya saat masa liburan Idul Fitri 1433 H (19 sd
25 Agustus 2012) yang mencapai 23.000 orang yang datang,
dapat dibayangkan berapa pemasukan yang ia terima dengan mengalikan
harga tiket @ Rp.8.500 untuk dewasa dan @ Rp.5.000 untuk anak-anak.
Selama seminggu liburan usai Lebaran saja diperkirakan Rp.138.000.000
dari hasil karcis (bila rata-rata bayar Rp.6000 saja, asumsi anak kecil
lebih banyak dibanding dewasa). Belum lagi pemasukan dari parkir motor
dan penitipan helm, dan parkir mobil di lapangan parkir yang cukup luas
dan nyaman sebelum pintu masuk objek wisata. Belum lagi, pemasukan dari therapi ikan Rp.5.000 sepuasnya; Flying fox (sejenis luncur di kawat baja dengan Rp.15.000 untuk orang dewasa, dan Rp.10.000 untuk anak-anak. Berikutnya, bagi hasil yang diperoleh dari rekan usaha rumah makan yang menjual aneka masakan khas Sunda dengan menu ikan bakar dan ayam bakar.
Menurut Didi di wilayah Cibulan dan sekitarnya, ada ribuan mata air yang tersebar dimana-mana. Mengapa masyarakat menolak adanya PDAU
saat peralihan dari pengelolaan oleh desa ke swasta? Hal itu karena
yang kami miliki adalah niat baik dan ikhlas dan menghadapi 3 tantangan, yaitu pertama bagaimana memajukan pengusaha kecil. Kedua, memajukan masyarakat usaha. Ketiga, Pemerintahan daerah tidak mendukung.
Didi tidak berkecil
hati meski tidak ada plang di jalan sebagai petunjuk arah yang memadai
keberadaan objek wisata yang dikelolanya dan minimnya promosi yang di-publish
oleh Pemkab. Kuningan. Ia berharap, mudah-mudahan Objek Wisata Cibulan
tetap eksis dimana dirinya dan unsur manajemen lain mengadakan pengajian
2 minggu sekali setiap hari Jumat untuk para pedagang dimulai pukul 9
pagi. Menurutnya, bila hati dan pikiran bersih, niscaya semua upaya kita
akan berhasil.
Pengusaha muda Didi (34) yang awalnya
mau mondok di ponpes Husnul Khotimah, namun tidak betah dan hengkang ke
Jakarta, hingga kemudian ia bertemu dan bekerja pada seorang pengusaha Minang di Bekasi, Jawa Barat. Bekerja dengan disiplin dengan orang Minang
di Cut Mutiah, Bekasi membuat sang majikan sayang pada dirinya yang
rajin belajar berniaga yang baik. Ia selalu dipantau oleh pengusaha
Minang itu sampai ia mencoba mandiri dengan berjualan kecil-kecilan.
Hingga ia pun sempat menjadi agen koran di terminal Bekasi, selain
kepemilikan warung rokok dan keperluan sehari-hari.
Hingga pada usai
kerusuhan Mei 1998, atau sekitar 1999 kembali lagi ke Kuningan, dan
mulai dipercaya mengelola usaha yang dimiliki yayasan sambil
melanjutkan sekolah yang ditinggalkan setingkat Aliyah, dan dipercaya
menangani usaha fotokopi. Syukur alhamdulillah, naluri bisnisnya bangkit
kembali. Apalagi, upaya fotokopi yang dimulai dari 1 unit, kini terus berkembang hingga mencapai 8 unit fotokopi saat ini. Pada 2008 sebenarnya ia sudah melirik objek wisata Cibulan, namun belum mempunyai modal untuk mengelola Objek Wisata Cibulan, sehingga keinginan itu hanya dipendam dalam hati saja.
Prinsip hidup Didi,
tidak ada yang tidak mungkin di dunia. Pada 2010 melakukan umroh dan
mendapatkan jatah pergi haji untuk 2012 . Tidak ada yang tidak mungkin
bila kita yakin dan terus berusaha.
Objek wisata Cibulan merupakan objek wisata hutan
air dimana banyak pohon besar yang sudah berumur tua dan mempunyai
sumber air yang sangat jernih terletak di Desa Maniskidul, Kecamatan
Jalaksana, sekitar 7 km dari Kota Kuningan. Ini merupakan
objek wisata tertua di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang diresmikan
pada 27 Agustus 1939 oleh Bupati R.A.A Muhammad Ahmad. Kolam untuk
berenang yang terdiri dari 3 kolam renang (khusus
anak-anak;remaja;dan dewasa) ini berisi ikan langka sejenis Kancra Bodas
(putih) yang disebut sebagai ikan dewa. Ikan ini super jinak berukuran hampir sebesar bayi manusia sehingga sering menjadi objek pemotretan bagi para wisatawan yang tiba ke sana.
Konon objek wisata ini merupaan situs perjalanan para wali yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, dan juga terdapat situs petilasan Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran dimana ada tujuh sumber air yang dikeramatkan.
Ketujuh mata air terdiri dari kolam-kolam yang
mempunyai nama tersendiri. Sumur pertama, disebut Kejayaan.Kedua,
Kemuliaan. Ketiga, pengabulan. Keempat, Cirencana. Kelima, Cisadane.
Keenam, Kemudahan. Ketujuh, Keselamatan.Pokoknya Cibulan merupakan objek
wisata paling unik dan magis di Kuningan.
Mau tahu, apa makanan
kesukaan ikan Dewa ini? Percaya gak percaya, setiap malam Jumat Kliwon,
Didi sering memberi makan apel merah yang sangat disukai oleh ikan dewa.
“Apel merah merupakan makanan favorit ikan Dewa,”